Makna Seorang Anak yang Membeli Waktu

Posted by my profile Minggu, 01 Januari 2012 0 komentar

Mungkin cerita seorang anak dengan ayahnya sudah sering anda baca, Tapi apakah benar-benar sudah kita renungkan lebih dalam, atau mungkin kita hanya menganggap sebagai suatu cerita belaka??
Baik, mari kit abaca kisah itu lagi bersama dan memaknainya lebih dalam lagi. Selamat membaca….

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.


Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur ?"
sapa Andrew sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu
Papa pulang. Sebab aku mau Tanya berapa sih gaji Papa ?"
"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja
sekitar 10jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja.

Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju
kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya."Kalo satu hari Papa dibayar
Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,Sarah kembali
bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".
"Tapi Papa..."
Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar
tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak
pelan sambil memegang uang Rp.15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah.
Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew

"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah
menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi.. karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp.. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.

Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.
"Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya"

Cukup menyentuh juga kn…hhmmm…lalu apa yang dapat kita ambil pelajaran dari kisah itu??
Sarah sebagai anak butuh perhatian yang lebih…ya benar. Tapi tidak hanya itu saja, banyak hal yang dapat dikupas melalui teori2 tentang kebutuhan anakatau yang lainnya…..ok, mari kita coba bahas lagi tentang kisah diatas…
Setiap anak memiliki kebutuhan emosional, yang mana meliputi :
1. Kebutuhan untuk merasa AMAN
Salah satu kebutuhan terkuat yang dibutuhkan soerang anak adalah perasaan aman. Aman didalam diri dan lingkungannya.

Seorang psikolog Dr. Gary Chapman, dalam bukunya “lima bahasa cinta” mengatakan kita semua memiliki tangki cinta psikologis yang harus diisi, lebih tepatnya jika anak maka orangtuanya yang sebaiknya mengisi. Anak yang tangki cintanya penuh maka dia akan suka pada dirinya sendiri, tenang dan merasa aman. Hal ini dapat diartikan sebagai anak yang berbahagia dan memiliki “inner” motivasi.
Contoh, terdorong oleh rasa cinta kepada anaknya seorang ibu memarahi anaknya yang sedang bermain computer. “berhenti maen computer dan belajar sekarang” lalu apa yang ada dibenak anak? Mungkin “Hmpf… Ibu tidak sayang padaku, dan ingin mengendalikan aku serta keasyikanku” Nah, anak menerimanya sebagai hal yang negatif, komunikasi yang menghancurkan rasa cinta ini biasanya yang menjadi akar permasalahan orangtua dan anak, serta guru.
“Mencintai anak tidak sama dengan anak merasa dicintai”
Apa yang menyebabkan kebutuhan akan rasa aman tidak terpenuhi?
• Dalam kisah sarah diatas.
Ketika ayah mengatakan “Cepat tidur..!!“ dengan nada membentak. Lalu apa terjadi?? Lihat sarah berlari kekamar dan menangis… dalam keadaan seperti itu, tentu sarah merasa sedih, merasa tidak dianggap penting dan tidak dioperhatikan. Meskipun niat sang ayah hanya untuk menenangkan keadaan karena sudah malam, tapi sarah hanya gadis kecil yang belum bisa berfikir dengan pola orang dewasa, dunianya masih dunia bermain.
2. Kebutuhan akan pengakuan (merasa penting) dan diterima atau dicintai
Pada kisah diatas memang belum terjadi hal negative yang lebih jauh. Tapi setidaknya, akan lebih baik jika sang ayah mengatakan “Iya nanti ayah kasih uang, tapi setelah ayah mandi ya…” sambil mencium kening sarah tentunya…^_^ Pasti sarah lebih bisa menerima dan merasa senang, setidaknya sarah percaya bahwa dia dianggap penting, diterima dan dicintai oleh ayahnya.
3. Kebutuhan untuk mengontrol (merasa mandiri atau keinginan untuk mengontrol)
Seiring pertumbuhan anak, sembari mencari identitas diri dan sambil belajar membangun kemandirian dari orangtua. Proses ini menciptakan kebutuhan emosional untuk bebas dan mandiri.
Keinginan sarah untuk meminjam uang kepada ayahnya dengan tujuan membeli waktu sang ayah, menunjukkan sikap belajar mandiri dan tanggung jawab untuk mendapatkan suatu kainginan, dalam hal ini waktu bermai bersamaayahnya. Sikap itu haruslah dipupuk dengan cara memberikan tanggung jawab dan kepercayaan yang sesuai dengan usianya.
Wah…ternyata banyak juga ya pelajaran yang dapat kita ambil…. Semoga informasi diatas dapat menjadi tips bagi anda dalam bersikap terhadap anak kecil, semoga bermanfaat…


TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Makna Seorang Anak yang Membeli Waktu
Ditulis oleh my profile
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://inteksol.blogspot.com/2012/01/makna-seorang-anak-yang-membeli-waktu.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Panduan blog dan SEO support Jual Online Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of INTEKSOL.